"Pada 28 Januari dini hari, sekitar pukul 01.37 WIB, terjadi badai matahari yang cukup kuat, kelas X1,7 dan kira-kira lebih kuat 1.000 kali daripada badai matahari pada 23 Januari lalu," kata Profesor Riset Astronomi Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, dalam perbincangan dengan detikcom, Senin (30/1/2012).
Beredar kabar badai matahari ini akan mempengaruhi kondisi cuaca di Bumi, namun Djamaluddin menampiknya. Dia menegaskan badai matahari hanya mempengaruhi lingkungan antariksa.
"Tidak mempengaruhi kondisi cuaca di Bumi. Kondisi cuaca di Bumi karena dinamika atmosfer lokal dan regional," jelas alumnus Universitas Kyoto, Jepang, ini.
Dia menambahkan badai matahari pada 28 Januari lalu terjadi di tepi piringan matahari, sehingga semburan partikel-partikelnya tidak mengarah ke Bumi. Karena itu posisi Bumi aman. Saat ini keadaan matahari relatif tenang, namun pada beberapa hari atau pekan mendatang kemungkinan badai matahari masih bisa terjadi.
"Kekuatannya bisa lebih kuat juga, tapi harts diwaspadai dari segi frekuensi. Sekarang akan meningkat, karena menuju puncak masa aktif pada 2013. Dari intensitas kekuatan juga ada peluang makin kuat," papar Djamaluddin.
Jika aktivitas matahari menguat dan mengarah ke Bumi maka akan berpengaruh pada operasional satelit dan mengganggu komunikasi radio. Namun tidak akan ada dampak langsungnya pada manusia. Yang cukup berbahaya saat badai matahari terjadi adalah ketika astronot berada di laboratorium antariksa. Maka itu ketika peristiwa itu terjadi, astronot diminta masuk ke ruang yang aman. Badai matahari juga bisa mengancam penumpang pesawat yang melintasi wilayah kutub utara, karenanya pesawat lintas kutub utara dialihkan jalurnya hingga badai matahari selesai.
(sumber : DetikNews.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar